Awalnya, aku fikir kamu berbeda dengan kebanyakan orang diluar sana. Aku fikir kamu adalah orang yang sangat baik dan bisa menjagaku. Aku fikir kamu bisa menerima segala kurangku. Aku fikir kita bisa bersama dan berakhir bahagia.
Tidak sadarkah kamu? Aku semakin mencintaimu. Iya, aku mencintaimu melebihi aku mencintai diriku. Aku berharap banyak padamu. Aku melepaskan seluruh pertahananku. Aku memberikan seluruhnya padamu. Ah, ini memang salahku yang terlalu mudah percaya denganmu.
Tidak, kini semua sudah berubah.
Aku fikir, aku akan baik-baik saja tanpa hadirmu. Nyatanya, aku semakin hancur. Sampai aku membenci diriku sendiri.
Aku fikir, aku sudah terbiasa tanpa hadirmu.
Sampai suatu ketika, aku mendapat kabar tentangmu.
Hancur sudah semua pertahananku yang aku bangun. Perasaan benci dan muak itu kembali menyeruak keluar. Inginku maki dirimu dengan segenap orang-orang disekitarmu. Aku bisa apa saat ini? Aku hanya bisa menangis dan merutuk. Memohon kepada Tuhan untuk membalasmu.
Jangan tanya perasaanku tentangmu. Kini semua itu berubah menjadi perasaan dendam, benci dan muak. Tidak habis pikirku kala itu.
"Bagaimana bisa aku menjadi seperti ini?"
Bahkan maafmu pun tidak akan merubah semuanya. Kamu tau? Kamu adalah pengecualian didalam hidupku.
Mau seperti apapun kamu menyakitiku, aku tidak akan pernah bisa menyakitimu kembali selayaknya kamu menyakiti diriku. Tidak akan.
Lagi lagi aku merutuk keadaan. Kenapa dan segala bagaimana terus berputar menuntut jawabannya. Bersamaan dengan rasa muak itu pula.
Ah! Enyahlah. Pergilah dari hidupku.
Segalanya menjadi semakin rumit dan hancur. Jangan pernah tunjukkan dirimu kembali dihadapanku. Berhenti bersandiwara selayaknya kamu yang paling tersakiti. Kenyataannya, kita sama sama tersakiti sayang.
Kita sama sama menancapkan pisau satu sama lain. Tidak sadarkah kau?
Ah, pergi! Aku muak denganmu! Semoga Tuhan membalas semua perlakuanmu padaku. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar