"Ayy, ada telfon" kata temanku ketika melihat layar handphoneku ada tanda telfon masuk. Tanpa ku perhatikan siapa yang menelfonku, aku langsung menerima panggilan itu.
"Halo" kataku. Lalu sambungan terputus. Aku mengabaikannya. Ku fikir hanya temanku yang iseng. Aku lanjutkan kembali kegiatanku di cafe itu.
Sampai 5 menit setelah itu, aku mulai penasaran siapa yang menelfonku. Ku buka kembali recent calls di handphoneku. Nomor yang tidak ku simpan. Ku ingat-ingat siapa yang menelfon dan nomor itu tidak asing untuk ku. 500000 sebagai penanda itu nomormu. Dan seketika fokusku terpecah. Itukah kamu? Kamu yang sudah mulai ku ikhlaskan. Kamu yang berkata ilfeel denganku. Kamu yang memilih pergi ketika aku memintamu pergi.
Setelah beberapa bulan yang lalu aku mengirim sebuah pesan singkat terakhir untukmu. Pesan yang berisi "jika ingin pergi, silahkan pergi. Beritahu aku agar aku tidak salah menunggu orang dan membuang waktuku" dan kamu bertanya apa maksudnya. Aku memilih pergi dan menghindarimu. Sampai akhirnya kamu berhenti dengan sendirinya.
Aku belajar terbiasa tanpamu. Aku belajar menemukan bahagiaku tanpamu. Aku belajar ikhlas untuk kebahagiaanmu. Aku melepasmu demi hati yang sudah sangat rapuh karenamu. Aku memilih melindungi sisa kepingan perasaan ini, untuk ku berikan kepada ia yang lebih paham dan layak untuk menjaga perasaanku.
Dan ketika aku berhasil berjalan tanpamu. Ketika kamu berhasil pergi dari fikirku. Kamu kembali hadir, malam ini.
Apa maumu? Datang pergi sesuka hatimu. Membuatku mati-matian mengulang segalanya. Tidak taukah kamu aku berusaha membuat diriku sibuk untuk melupakanmu. Untuk mengabaikan dirimu dihati dan fikiranku.
Ku fikir semuanya sudah berhasil. Nyatanya, sekali saja hadirmu kembali untuk kesekian kalinya dihidupku. Sesingkat itu saja kamu menghubungiku. Pertahananku kembali hancur. Aku bingung, harus sekuat apa lagi aku mengikhlaskanmu?
Dan suatu kebodohanku yang mengirim pesan singkat kepadamu bertanya "ada apa?" Halooo!!! Kapan kamu sadar ayy????
Lepaskanlah. Hatimu memiliki orang yang lebih pantas untuk menjaganya. Ada orang yang lebih menyayangimu dibandingkan dia.
Sadar!! Mau sampai kapan kamu seperti ini? Sudahlah, berhentilah mengharapnya. Anggap saja ia hanya salah menghubungi orang.
Berbahagialah hatiku. Masih ada mamasmu yang lebih pantas dibandingkannya. Terimakasih untuk telfon singkatmu, kamu berhasil menghancurkan malamku.
Regards
Malang, 2017
Masa lalumu yang baru saja kau hubungi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar