tentang sudut pandangku. ada dari kisahku sendiri, adapula tentang kisah disekitarku :)

Kamis, 16 Februari 2017

tentang merantau

kali ini aku ingin bercerita tentang rasa sedihku ketika aku harus pergi meninggalkan zona ternyamanku. ya, hangatnya rumah dan juga ramainya suara keluargaku di dalamnya. tentang riuhnya adik-adikku bermain, tentang mamah yang selalu sibuk membersihkan rumah, tentang papah yang asik dengan dunianya, tentang abang yang sibuk dengan tugas akhirnya. tentang masakan mamah yang selalu menggunggah selera, tentang es batu yang selalu membuatku hobi memakannya (ini tidak baik. haha), tentang sholat maghrib dan isya yang selalu berjama'ah, tentang tangisan si bontot pada dini hari karena ingin susu, tentang teriakan agar mempercepat durasi mandiku. tentang segalanya yang selalu aku rindukan dan tidak pernah ku dapatkan di tanah perantauan ini.

aku sudah menjejakkan kaki ini 2 tahun lamanya di tanah rantau ini. memang waktu tidak pernah terasa lama ataupun cepat. tau-tau aku sudah semester 4 diperkuliahan ini. aku merasa semuanya berlalu dengan cepat. dan entah bagaimana caranya aku bertahan selama itu. walau ku akui, setiap kembali dari rumah dan harus kembali mandiri lagi air mata ini selalu turun ketika menelfon mamah. mungkin efek terbiasa bersama setelah perpisahan itu, dan kembali harus hidup sendiri lagi. belajar mandiri lagi. mencari kesibukkan lagi. dan tenggelam dengan waktu hingga liburan kembali membawaku pulang ke rumah tercinta.

ya, caraku bertahan adalah membuat diriku sibuk dengan segala hal. kenapa? karena ketika aku sibuk, waktuku untuk merasakan kesendirian itu semakin sedikit sehingga peluang menetesnya air mata itu semakin kecil bukan?

aku selalu memaklumi moodku yang selalu hancur selama 3 hari setelah aku sampai di tanah rantau. dimana aku menjadi sangat amat melankolis dan malas melakukan kegiatan. sekedar makan agar maagku tidak kambuh saja, rasanya sangat berat. dan alter egoku muncul lalu mengirim pesan kepada mamah bahwa aku ingin kembali ke rumah seperti pagi tadi.atau seperti saat hari pertama aku sampai di tanah perantauan ini, aku tidak bisa tidur karena merindukan suasana rumahku. dimana aku tidur bersama si bontot sembari memanjakannya sebelum ia tidur, dan setelah ia tidur, aku memeluknya hingga tanganku kram keesokan paginya.

ketika aku merindukan -keluargaku dan suasana rumah- itu semua, banyak sekali pro-kontra yang masuk kedalam fikiranku. ketika aku bercerita aku belum siap untuk kembali merantau ada orang yang berkata "pulang saja kalau begitu. tidak usah kuliah disini. dasar manja". lalu, apa responku? aku hanya diam dan semakin kesal dengan rasa tidak siapku itu. sebenarnya ada benarnya perkataan orang itu, tapi apa ia tidak bisa menghaluskan cara bicaranya?

ada pula orang yang selalu hadir di dalam hidupku selama 7 tahun  belakangan ini. ia selalu mendengar tangisku dan membuatku kembali tenang. respon yang ia berikan sangat manis. ia berkata "coba kamu ingat bagaimana selama ini perjuanganmu di tanah rantau sana ketika kamu lelah. masih pantaskah kamu menyerah? toh, perjuanganmu saat ini pasti membuahkan hasil dimasa depan"

ketika aku mengingat bagaimana perjuanganku dari awal, aku sedikit menyesal. bagaimana bisa aku secepat ini menyerah? aku harus menyelesaikan ini semua bukan? bukankah ini menjadi pilihanku 2 tahun yang lalu? lantas, mengapa aku menyerah? aku harus menyelesaikannya, menerima resiko yang sudah pasti berbagai macam bentuknya. aku sudah bertahan selama 2 tahun. lalu, kenapa aku tidak bertahan untuk 2 tahun lainnya? aku percaya perjuangan tidak menghianati hasilnya bukan?

bismillah... setidaknya ketika kamu sudah menentukan suatu pilihan, kamu harus menyelesaikannya bukan? kamu sudah tau resikonya di awal bukan? apa kamu fikir hanya kamu saja yang sedih ketika kamu harus kembali ke tanah perantauanmu? percayalah, doa kedua orang tuamu selalu bersamamu. karena orang tuamu ingin segalanya yang terbaik untuk dirimu. masalahmu di tanah rantau ini adalah bagaimana caranya kamu bertahan dan membuat bangga kedua orang tuamu ketika kamu berhasil bertahan sampai akhir.

segala hal memang ada resikonya, segala hal memang ada baik buruknya. semua itu berjalan sesuai pilihanmu. apakah kamu ingin menjadi lebih baik atau bahkan kamu ingin menjadi hancur dengan waktu? jwabannya ada pada dirimu sendiri, yakinlah :)

regards
aku yang kembali ke perantauan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar