tentang sudut pandangku. ada dari kisahku sendiri, adapula tentang kisah disekitarku :)

Sabtu, 25 Juni 2016

Sebesar itukah?

Tibatiba saja aku teringat denganmu.

Iya kamu yang sempat menjadi milikku. Kamu yang sempat terikat denganku dalam sebuah hubungan. Kamu yang sering aku tangisi. Kamu yang selalu dihati waktu dulu -bahkan sekarang pun masih. Kamu yang hanya sebentar bersamaku.

Namun sudah mampu merebut hati dan logika ini. Sudah mampu membuat mata ini mengeluarkan cairan bening dengan banyak tetesan. Entah karena bahagia, sedih, rindu ataupun amarah. Yang jelas kamu sangat mampu mengambil alih kendali segala hati dan logika ini. Bahkan kamu saat itu yang sudah sangat amat menjadi prioritas bagiku. Bukan hanya itu, namun kamu juga candu. Ya, candu yang membuatku ketergantungan akan hadirmu. Candu untuk membuatku tersenyum dan menangis.

Hanya kamu yang mampu membuat hati ini hancur kembali. Walau aku hanya mengingatmu -tanpa sengaja- sekilas saja. Namun memiliki efek yang sangat amat sakit. Lalu, apa aku menangis?
Tidak! Aku sudah berhenti menangisi dirimu yang kini sudah memiliki cintamu. Dan aku disini masih saja -sedikit- berharap akan hadirmu kembali dan bersama lagi (mungkin).

Hei, aku rindu senyummu serta lesung pipimu. Aku rindu memeluk tubuhmu. Aku rindu ketika kamu membalas memelukku juga. Aku rindu akan suaramu yang membuatku tertawa. Aku rindu dengan pipi chubbymu yang biasa aku cubit. Aku rindu tatapan cemburumu ketika aku asik dengan duniaku. Aku rindu ketika kita saling menelfon dan berbicara. Aku rindu ketika kita saling mencintai. Dan aku rindu kamu. Semua yang ada pada dirimu.

Ah! Sudah berapa lama kita terpisah? Awal kita saling kenal sekitar bulan Juni atau Juli 2011. Dan sekarang juni 2016. 5 tahun. Ya lima tahun yang lalu ketika kita bersama. Kita yang mendapat "kutukan" dan sumpah serapah karena saat itu kita yang tidak pernah akur. Dan membuat keributan ditempat bimbel saat kita smp.
Kini. Kini kamu sudah memiliki pasangan. Pasangan yang sudah ada semenjak kita belum bertemu dan menjalin hubungan itu. Haruskah aku merasa iri akan wanita beruntung itu? Wanita yang sekarang bersama lelaki yang -sempat- berarti bagi diriku. Aku sudah mencoba ikhlas melepasmu dan melihatmu bahagia bersamanya dari tempatku.

Ah! Kita sudah berakhir sejak 5 tahun yang lalu. Lantas, mengapa kini aku masih meneriakkan namamu agar melihatku? Maaf untuk hati yang masih mengharapmu. Hati yang masih dan akan selalu merindu hadirmu. Hati yang menobatkanmu sebagai "first love" namun tragis. Hahaha.
Mengapa aku masih menulis ini? Masih menulis tentangmu. entahlah, mungkin kamu begitu berarti bagiku. Ah, andai saja ketika hari bahagiaku tidak kamu berikan kotak musik sialan itu, aku tidak akan mencintaimu sebesar ini. Atau, andai saja aku tidak sering berkelahi di awal pertemuan kita dan berakhir dengan hubungan itu. Aku tidak akan tersiksa seperti saat ini. Dan andai saja ketika kamu tidak mengambil sesuatu itu, aku tidak akan menjadikanmu orang yang sangat berarti dalam masa labilku saat itu. Dan berbagai macam andai-andai lainnya.

Aku yakin mencinta seseorang itu tidak perlu bersamanya. Cukup memperhatikan dari tempatku dan berdoa agar kamu bahagia sudah cukup bukan?
Sial!! Aku benci ketika harus mengingatmu dan berakhir dengan rasa sedih yang seperti ini. Aku seperti tidak berdaya tanpamu bukan? Ah, begitu kuatkah peranmu dalam hatiku?  Sebesar itukah perasaanku akan dirimu?

Aku menjadi dewasa tanpamu? Entah. Aku hanya belajar dan tersadar bahwa mencinta tidak harus bersama. Cukup melihat dan mendoakan kebahagiaanmu. Sudah.
Terimakasih untuk peranmu yang begitu berarti dan sudah mengambil tempat yang bernama "first love" itu. Aku bahagia mengenalmu den :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar