Kamu fikir, kamu siapa?
Semudah itu keluar-masuk didalam kehidupannya?
Semudah itu datang dan pergi di hatinya.
Tidakkah kamu sadar?
Dia sudah berusaha melepaskanmu. Berusaha susah payah. Berusaha setengah mati terbiasa tanpamu. Berjuang dan bertahan agar dapat seperti dulu, ketika kamu tidak ada dihidupnya. Mencoba tersenyum kembali, seolah semua itu tidak pernah terjadi. Seolah kamu tidak ada dihidupnya.
Memang, kamu sudah membuat dia sadar akan sebuah ketulusan dan kedewasaan. Mengajarkan agar menjaga bukan merusaknya. Tetapi, apa itu berarti kamu bebas kembali padanya?
Tidakkah kamu ingat. Kamu yang meminta pergi. Kamu yang memilih persimpangan itu. Kamu yang berfikir semua akan berakhir sia-sia pada akhirnya. Kamu yang memaksa agar ia melepaskanmu. Kamu yang menghindarinya. Kamu yang sengaja kabur dan membuat masalah agar ia menyerah.
Nyatanya? Dia masih disana! Dia masih setia menunggu kabarmu. Sementara kamu, kamu malah pergi dan mengabaikan dia. Kamu pergi dengan alasan klise.
Apa kamu sanggup mengucapkan kalimat perpisahan yang sesungguhnya pada dia? Mengucapkan terima kasih untuk semua yang telah kalian lalui bersama secara langsung. Meminta ia melepaskanmu dengan menatap matanya. Lalu pergi dengan hati yang tidak rela dan air mata yang membasahi wajahmu. Dengan emosi yang kamu tahan. Dengan segala macam rutukan yang kamu ucapkan untuk kebodohan itu. Dengan semua kenangan yang memasung fikiranmu.
Sadarkah kamu, kamu sudah melukai hatinya. Kamu sudah menghancurkan kebahagiaannya. Lalu, saat ia sudah bisa melepaskanmu. Kamu berharap ia masih disana, masih mengharap akan hadirmu?
Kamu salah besar! Ia sudah pergi. Ia sudah tidak disana. Ia sudah bahagia tanpamu. Biarkan ia bahagia, bukankah kamu sudah memiliki kebahagiaanmu sendiri? Bukankah setiap kebahagiaan yang diberikan orang lain berbeda? Lalu, apa yang kamu harapkan?
Sudahlah, lepaskan ia. Bukankah ini yang kamu mau? Berbahagialah tanpa dia. Karna dia, sudah berbahagia tanpamu.
Teruntuk
Hati yang merindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar