Teruntuk, yang jauh disana

Hai, apa kabarmu?
Sudah lama rasanya kita tak saling bertegur sapa. Tidak saling berbagi cerita, tawa, amarah, dan juga.. Cinta.

Hmm.. Entah kata apa yang dapat memberikan makna sebenarnya.
Lelah? Ya, aku lelah bertahan.
Rindu? Ya, aku rindu dengan senyum dan larangan-larangan darimu.
Muak? Mungkin iya, dengan segala hal yang monoton.

Tapi kalau boleh jujur, aku rindu dengan kita.
Ya, saat ego ini belum muncul, dan dirimu yang tidak berhenti meyakinkanku.

Kini, kita sudah melangkah menjauh. Saling berjauhan karena egoku. Kita berpisah secara sepihak karena ulahku.

Bisakah kita tetap berkomunikasi? Walau aku tau, sangat sulit untuk mencobanya. Ditambah gengsi yang semakin membesar ini. Aku lelah, lelah menahan semua ini sendiri. Aku butuh dirimu, untuk mendengarkan ocehanku. Mendengar apa saja yang sudah ku lakukan sehari penuh disini. Di dunia perantauanku.

Sekarang, sepertinya kita sudah resmi berpisah saat aku membaca pesan singkatmu pagi ini.
Itu berarti, aku harus benar-benar melupakanmu bukan? Harus menata hati setelah kepergianmu.

Sudah lama rasanya aku tidak melihatmu.

Apa aku sedih? Ya, melepaskan seseorang yang sudah melewati suka-duka selama satu tahun lebih bersamaku. Terbiasa tanpa dirimu. Tanpa senyumanmu. Dan juga, tanpa pertengkaran kita.

Hahaha, aku rindu kita yang selalu bertengkar. Aku yang memakimu dari jauh sini. Dan kamu, entah apa yang kamu rasakan disana.

Terimakasih untuk waktu satu tahun lebih kebersamaan kita. Aku harap kamu bahagia disana ya. Semoga kamu bisa menemukan penggantiku yang lebih baik dan juga,  se-iman.

Maaf aku sudah egois selama ini. Happy annive failed.