tentang sudut pandangku. ada dari kisahku sendiri, adapula tentang kisah disekitarku :)

Sabtu, 25 Juli 2015

Andaikan aku bisa.

Sepertinya aku mulai tersiksa dengan semuanya.

Dengan hati yang terus menerus berdebat dengan logika untuk kehadiranmu di dalam hidupku. Dengan senyuman yang selalu menutupi rasa rindu ini untukmu. Dengan tatapan yang selalu mengharap agar kamu selalu disampingku. Selalu menggenggam tanganku dan tersenyum.

Hei, andai aku bisa menangis bersamamu. Akan ku lakukan itu. Sayangnya, aku terlampau kuat untuk menahan air mata yang membuatku lemah. Dan prinsipku, "menangis hanya akan membuatku semakin lemah".

Memang, memang salah prinsipku. Sebenarnya menangis membuat perasaan ini menjadi lebih sedikit lega. Tapi, aku selalu merasa menangis membuatku lemah.

Ah, ingin rasanya ku menangis dalam pelukanmu. Menghirup aroma tubuhmu, dan menguncinya didalam ingatanku. Memperhatikan lekuk wajahmu, agar aku mengetahui keadaanmu ketika kita bertemu kembali nanti. Dan, ingin rasanya menahan tatapan matamu ketika melihat diriku. Membingkai senyum yang kamu paksakan untuk terlihat lebih kuat.

Andai kamu tahu, aku mulai jengah dengan perasaan ini. Tapi, lebih baik seperti ini bukan? Agar kita tidak semakin tersakiti dengan perpisahan itu.

Maaf, aku mempercepat perpisahan itu. Aku hanya tidak ingin semakin melukai kita. Aku tidak akan sanggup untuk melupakan semua kenangan kita. Semua terlalu indah dan.... Menyakitkan.

Indah, karna aku tidak akan menemukannya pada diri lelaki lain. Menyakitkan, untuk semua ketidak sadaranmu akan perjuanganku saat itu.

Menyedihkan bukan? Apakah kisah cinta di masa putih abu-ku akan berakhir tragis? Jawabannya, iya. Ya. Dan benar.

Lagi-lagi perbedaan itu yang membuatku menyerah. Maaf. Aku tidak berani melanjutkan perjalanan kita. Karna semuanya akan sangat menyakitkan bila kita teruskan.

Aku sangat menyayangimu. Tapi maaf. Aku tidak akan pernah mengakuinya dihadapanmu. Maaf aku terlalu pengecut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar