Awal semester
baru dimulai, bagi murid kelas IX adalah saat yang tepat untuk memulai menambah
materi pelajaran. Rira satu diantara banyak murid kelas IX yang memilih
melanjutkan bimbel ditempat bimbel kesayangannya. Rira yang sudah akrab dengan
tentor-tentor disana, selalu meledek tentor yang menurutnya seru. Rira tak
menyangka kalau bimbel kelas IX ini akan ada banyak murid yang mendaftar.
Hari pertama
bimbel, diisi dengan perkenalan. Rira melihat semua anak murid dengan tatapan
biasa saja. Namun ketika Rira melihat satu kelompok laki-laki. Dia terpesona
dengan satu anak itu. Saat perkenalan sedang berlangsung Rira menanti nama anak
itu. Setelah disebut nama laki-laki itu yang bernama Awan, Rira tersenyum. Bimbel
hari pertama hanya diisi perkenalan.
Setelah satu minggu
bertemu Rira semakin tertarik dengan Awan. Dia mendekati Awan dengan cara
memulai pertengkaran kecil, yang selalu membuat se-isi tempat bimbel riuh
dengan suara mereka berdua. Rira selalu deg-degan jika ada Awan. Tak terasa
Rira dan Awan mulai jatuh hati. Namun, mereka berpura-pura cuek. Menganggap bahwa
tidak ada perasaan special.
Bulan Agustus
adalah bulan Dimana mereka saling jatuh cinta. Awal bulan itu, Rira bertemu
dengan Awan. Saat itu pula, Awan menyatakan perasaannya. Rira senang, hingga
mereka resmi berpacaran. Keesokan harinya,di tempat bimbel berita mereka berdua
membuat heboh, karna ulah teman Awan yang menyebarkan kejadian kemarin.
September adalah
bulan Rira ulang tahun. Rira yang berharap mendapat ucapan pertama dari Awan,
malah sedih karna dia tidak mengucapkan. Namun beberapa hari sebelum Rira ulang
tahun, Awan memberikan Rira sebuah kotak music yang sangat indah. Rira sangat
senang. Sampai-sampai Rira menuliskan kapan, dimana, dan jam berapa kado itu
diberikan. Semua berjalan dengan senyum dan air mata.
Hari jadi mereka
yang ke-tiga bulan. Bukan senyum yang diterima Rira, melainkan air mata. Saat itu
mereka bertengkar hebat. Dan Rira bertanya dengan berat hati “sekarang, kamu
masih sayang apa enggak sama aku?” beberapa detik setelah Rira berkata Awan
menjawab “enggak”
Hati Rira
tercabik-cabik mendengar kalimat itu. Siapa yang tidak sakit hati, Rira yang
mencoba bertahan dan menjadi dewasa untuk Awan. Tapi…hanya air mata balasan
semuanya. Rira pergi dengan air mata yang menetes dipipinya. Dan hingga saat ini,
Rira masih mencintai Awan
“semua
kisah boleh sama. Tapi, kenangan itu sendiri
Yang
membuat semuanya menjadi INDAH”
haha .. curhatan yuayy banget tuuhh :D
BalasHapusinggit.. stt rahasia :p
BalasHapus