Ku banting telfon genggam itu.
Setelah tidak ada jawaban kamu akan mengangkat telfonku.
Tangisku pecah bersamaan sesak yang terus memeluk diriku.
Ada berbagai macam spekulasi dari pusat berpikirku.
Apakah kau masih marah? Apakah kau menghindariku? Apa kau ingin lepas dariku? Dan hal lainnya yang mengganggu pikirku.
Sayang, bisakah kita memperbaiki segalanya?
Maaf karena aku terus meminta kesempatan itu padamu. Dengan murah hatinya kau memberikan kesempatan itu, berkali-kali. Tanpa ku sadari, sepertinya untuk kali ini. Sudah tidak ada kesempatan itu. Apakah aku benar?
Kamu sudah terlanjur kecewa dengan diriku.
Begitupun aku, aku juga semakin membenci diriku. Apakah segalanya memang sudah harus berakhir disini?
Melepas semua mimpi kita yang kita rancang bersama?
TIDAK!!! AKU TIDAK INGIN ITU.
Aku ingin kita seperti awal bertemu, hangat dan saling mencintai. Iya, katakan aku egois. Aku terima itu. Ku mohon, untuk sekali ini saja.
Aku ingin segalanya membaik. Aku ingin memperbaiki segalanya. Ku mohon.
Kamu tahu sayang?
Ketika aku tidur, aku bermimpi sangat buruk sekalu.
Dan ketika aku terjaga, hanya air mata yang terus menemaniku. Oh, dan rasa sesak yang semakin membuatku mual.
Maafkan aku sayang. Maafkan aku.
Haha, sepertinya kamu sudah muak dengan permintaan maafku.
Aku mendoakan bahagiamu, dari sini.
Terimakasih sudah membuatku melepaskan segala hal dalam hidupku. Apakah kini aku harus mencari cara agat bisa kembali hidup?